JIka kami bersama

Ketika tiada tempat lagi untuk berlari

kita vs mereka

Hey kau yang terluka karena engkau berbeda,Jangan pernah menyerah! hancurkan kesedihan. Kita kan bersama, ayo lawan dunia.

Indahnya Kebersamaan

Bersama kita terluka. Bersama kita bisa tertawa dan tertawa

Satu nusa satu bangsa

satu nusa satu bangsa cukup sudah saling mangsa,di tangan ini ku cengkeram erat bumi pertiwi,raih langit terbang tinggi mengejar mimpi merah putihku

Kuat Kita Bersinar

Ayo bangun dunia di dalam perbedaan,jika satu tetap buat kita bersinar. Harus percaya tak ada yang sempurna. Dan dunia kembali tertawa

Selasa, 22 Mei 2012

Lima Pemain Terbaik Chelsea di Final Champions

Lima Pemain Terbaik Chelsea di Final Champions

TEMPO.CO, Muenchen - Akhirnya misi Chelsea mengejar gelar Liga Champions tercapai pada Ahad dinihari 20 Mei 2012 WIB. The Blues menaklukkan Bayern Muenchen lewat drama adu penalti untuk merenngkuh gelar perdananya di ajang terelit antar klub Eropa tersebut.

Semua pemain Chelsa pantas diberikan pujian atas keberhasilannya itu, namun pujian khusus pantas diberikan kepada mereka yang tampil sangat baik di partai final tadi. Berikut kelima orang terbaik Chlesa dinihari tadi:

1.Petr Cech
Cech menunjukan penampilan terbaiknya pada partai puncak Liga Champions. Pertama ia menyelamatkan tendangan keras Arjen Robben di paruh pertama sebelum akhirnya mengenai mistar gawang. Selanjutnya ia melakukan tiga penyelamatan. Salah satunya yakni ketika penjaga gawang Republik Cek itu mampu menyelamatkan tembakan penalti Robben.

Ketika babak adu penalti, Cech juga mampu membaca tiga penendang pertama Bayern, meski gagal mengahalaunya. Kiper berusia 29 tahun itu baru bisa melakukan penyelamatan dengan menepis sepakan eksekutor keempat Bayern, Ivica Olic.

2.Gary Cahill
Tak percuma Chelsea mengaget Cahill pada pertengahan musim. Bek tim nasional Inggris itu berhasil menutup absennya John Terry serta Branislav Ivanovic di jantung pertahanan The Blues. Cahill sukses mematikan pergerakan penyerang tajam Bayern, Mario Gomez. Di bawah penjagaan Cahill, penyerang timnas Jerman itu hanya melesakkan lima tembakan, dan kesemuanya tidak menemui sasaran.

3.Ashley Cole
Bek kiri Chelsea itu bermain apik dengan meminimalisir upaya Thomas Muller selama 50 menit pertama, sebelum akhirnya penyerang Jerman itu bertukar posisi dengan Arjen Robben. Mantan pemain Chelsea itu lebih membuat Cole bekerja keras, tapi Cole mampu beberapa kali menghalau upaya Robben menembak ke gawang.

4.Didier Drogba
Drogba membuktikan sebagai pemain yang menentukan di partai besar. Total sembilan gol berhasil dibuatnya dalam sembilan partai final kompetisi bersama Chelsea. Penyerang asal Pantai Gading itu membuat gol penyama kedudukan di penghujun babak kedua. Ia juga sukses memenuhi tugasnya sebagai eskekutor penalti terakhir Chelsea.

5.Roberto Di Matteo
Di Matteo memang tidak bermain, tapi dia pantas disebut sebagai orang dibalik kesuksean The Blues mengembalikan keadaan setelah mengalami musim yang pasang surut. Sejak menggantikan Andre Villas-Boas tiga bulan lalu, Di Matteo sukses mengemablikkan kepercayaan diri pemain Chelsea. Gelar Piala FA dan Liga Champions jadi bukti sahih kehebatan Di Matteo.

Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2012/05/20/099404952/Lima-Pemain-Terbaik-Chelsea-di-Final-Champions

Rabu, 09 Mei 2012

Del Bosque: Cedera Puyol Pukulan Telak bagi Spanyol

MADRID, KOMPAS.com — Pelatih Spanyol, Vicente Del Bosque, menyesalkan cedera bek Barcelona, Carles Puyol. Masa panjang pemulihan kondisi pemain berusia 34 tahun itu akan membuatnya absen membela "La Furia Roja" di Euro 2012, bulan depan.

Melalui pihak Barcelona, Puyol dikabarkan akan melakukan operasi lutut, Sabtu (12/5/2012). Ia akan menepi minimal enam pekan untuk merehabilitasi kondisi fisiknya. Dengan demikian, ia dipastikan absen membela sisa laga Barcelona, termasuk di final Copa Del Rey, Jumat (25/5/2012). Bahkan, ia bisa saja absen membela Spanyol di Euro 2012.

Pelatih Spanyol, Vicente Del Bosque, mengaku cedera Puyol tersebut merupakan pukulan telak bagi timnya. Ia menilai pengalaman dan ketangguhan Puyol di lini belakang masih sangat dibutuhkan oleh juara bertahan Piala Eropa 2008 tersebut.

"Cederanya Puyol adalah pukulan telak. Kami bukan hanya akan kehilangan permainannya di lapangan, melainkan juga kontribusinya dalam tim," ujar Del Bosque.

"Sangat menyedihkan tragedi ini terjadi jelang laga internasionalnya yang ke-100. Tetapi, saya berharap bisa tetap membawa Puyol ke Euro 2012, karena penampilannya yang hebat di musim ini," imbuh pelatih berusia 61 tahun ini.

Selain itu, Del Bosque juga mengomentari perihal cedera yang menghinggapi salah satu penggawa lainnya, David Villa. Ia berharap baik Puyol maupun Villa dapat segera pulih dari cedera sebelum turnamen Ukraina-Polandia itu berlangsung pada Juni mendatang.

"Kami khawatir, sangat sulit untuk memanggil pemain lain jika mereka (Puyol dan Villa) tidak dapat bermain bersama dalam satu pertandingan," katanya lagi.

Dalam Piala Eropa nanti, Spanyol berada di Grup C. Cesc Fabregas dan kawan-kawan pertama kali akan meladeni tim legendaris, Italia, pada 10 Juni. Berikutnya, mereka akan menghadapi Irlandia dan Kroasia.


Sumber : http://bola.kompas.com/read/2012/05/09/01121327/Del.Bosque.Cedera.Puyol.Pukulan.Telak.bagi.Spanyol

Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat

Selasa, 24 April 2012

Hetifah Sjaifudian Siswanda,
anggota DPR dari F-PG

Wakil Rakyat Bumi Etam
Ir Hetifah Sjaifudian Siswanda MPP PhD, adalah salah satu anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar yang vokal di Senayan. Di parlemen, mantan aktivis kampus ini siap ditempatkan di mana saja. Yang penting bagi dia, adalah memperjuangkan aspirasi masyarakat dan menyejahterakan rakyat.
Ir Siswanda Harso Sumarto MPM, dan ibu dari Amirah Kaca, Amanda Kistilensa, Asanilta Fahda, dan Nahla Tetrimulya ini, pernah ditugaskan di Komisi X yang membidangi pendidikan, kepemudaan, olahraga, kebudayaan, pariwisata, dan perpustakaan. Selama itu pula ia banyak menorehkan "jasa" terutama untuk daerah pemilihan (dapil)-nya, Bumi Etam: Kalimantan Timur.
Alumni Perencanaan Kota dan Wilayah Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, menuntaskan Master in Public Policy (MPP) dari National University of Singapore, dan meraih gelar PhD dari School of Politics and International Relations, Flinders University Adelaide, Australia.
Ia menulis disertasi berjudul "New Voices of the Community? Citizen Forums in Reformasi Era Indonesia," menelaah bagaimana cara warga dan kelompok-kelompok marjinal mempengaruhi kebijakan publik di daerah.
Jauh sebelum masuk legislatif, Hetifah adalah akademisi dan sehari-hari bergelut di berbagai organisasi masyarakat sipil. Ia adalah salah satu pendiri AKATIGA Pusat Analisis Sosial, Indonesian Partnership on Local Governance Initiative, (sekarang Perkumpulan Inisiatif), dan Bandung Trust Advisory Group (B_Trust) untuk Reformasi Kebijakan Publik dan Tata Pemerintahan.
Hetifah telah banyak menerbitkan artikel, laporan, dan karya ilmiah lainnya. Ia adalah penulis buku "Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance: 20 Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia," yang menjadi salah satu referensi penting dalam praktik tata kelola pemerintahan partisipatif.
Sebagai wakil rakyat, Hetifah aktif di Kongres Wanita Indonesia (Kowani) sebagai Ketua Bidang Pendidikan, Ilmu, dan Teknologi. Pengurus Kaukus Perempuan Parlemen Republik Indonesia (KPPRI) ini giat mendorong partisipasi perempuan dalam politik dan peningkatan kapasitas perempuan di berbagai wilayah/daerah di Indonesia. (Yudhiarma)
Pendidikan, Pemuda, Kesra,
hingga RUU Kaltara

Ir Hetifah Sjaifudian Siswanda MPP PhD adalah wakil rakyat asal daerah pemilihan (dapil) Kalimantan Timur (Kaltim) yang aktif memperjuangkan aspirasi rakyat. Beragam program untuk rakyat, gigih ia perjuangkan di parlemen. Seperti pendidikan, kepemudaan, kesejahteraan rakyat (kesra), sampai pemekaran wilayah, otonomi daerah berupa Rancangan Undang-Undang (RUU) Kalimantan Utara (Kaltara). Rencana pembentukan Provinsi Kaltara adalah pecahan dari Provinsi Kaltim yang sangat luas.
Seperti diamanatkan dan dikampanyekan Partai Golkar, anggota F-PG DPR ini sangat vokal mengupayakan Pendidikan Gratis 12 Tahun. Sesuai "perintah" konstitusi, pemerintah harus bertanggung jawab sepenuhnya menyelenggarakan pendidikan, termasuk memenuhi dan menjamin ketersediaan biaya yang dibutuhkan, bukan orang tua siswa, dan bukan pula masyarakat.
"Semenjak lahirnya amandemen konstitusi yang memerintahkan alokasi sekurang-kurangnya 20 persen APBN untuk anggaran pendidikan serta lahirnya UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20/2003, Indonesia menetapkan kebijakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, yaitu kebijakan yang mengharuskan setiap warga negara berpendidikan minimal tamat SMP," ujarnya seperti dikutip Hetifah.com.
Menurut Hetifah, dengan mempertimbangkan situasi global yang semakin sangat kompetitif pada semua bidang, Indonesia dinilai sudah saatnya mencanangkan perluasan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar (9 Tahun) menjadi Pendidikan Gratis 12 Tahun.
Seiring semakin besarnya anggaran pendidikan dari 20 persen APBN akibat meningkatnya total anggaran negara dari tahun ke tahun, selayaknya Pendidikan Gratis 12 Tahun dapat segera diwujudkan di seluruh wilayah Indonesia mulai tahun 2012. "Dengan sinergi anggaran pendidikan 20 persen dari APBN (untuk tahun 2012 mencapai Rp. 286,5 triliun) maupun APBD, maka cita-cita Wajar 12 Tahun yang bermutu akan mampu terealisasi.
"Wajib Belajar 12 Tahun merupakan gagasan progresif dalam rangka mendorong pemenuhan hak warga negara akan pendidikan. Sesungguhnya, dengan kemauan dan komitmen politik yang kuat dari berbagai pihak, gagasan tersebut dapat direalisasikan segera. Melihat kemampuan anggaran kita, pendidikan 12 tahun, sekali lagi, sangat mungkin diwujudkan mulai tahun depan," katanya.
Pemuda

Hetifah mengatakan, budaya kekerasan di kalangan generasi muda akibat kebijakan pemerintah yang tidak ramah dan berpihak kepada generasi muda. Ruang-ruang untuk berekspresi dan berpartisipasi untuk generasi muda tertutup.
Dalam proses perencanaan anggaran, tutur Hetifah, tampak bahwa keberpihakan dan perhatian negara terhadap generasi muda minim. "Sebagai policy maker, baik itu pemerintah dan DPR, kita harus berani mengoreksi kebijakan. Generasi muda harus diberikan tempat yang lebih penting," ujarnya.
Dia mengatakan, pemerintah harus dapat menjawab kerisauan di kalangan generasi muda. Menurut dia, generasi muda saat ini risau dengan masa depan yang mereka punya. Namun, kerisauan ini bukan satu-satunya faktor yang menumbuhkan nilai-nilai kekerasan di kalangan muda.
"Ini fenomena 'gunung es'. Nilai kekerasan bukan semata karena kemiskinan. Orang muda tidak terlalu peduli apa yang akan kita makan. Yang mereka inginkan adalah eksistensi, kesempatan berpartisipasi, dan menunjukkan bahwa mereka juga bisa berperan," tuturnya.
Oleh karena itu, Hetifah mengatakan, pihak-pihak pembuat kebijakan harus berani mengoreksi tentang bagaimana negara ini memperlakukan generasi muda. Hetifah menyarankan, revitalisasi organisasi masyarakat dan gerakan kepemudaan harus dilakukan.
Menurut dia, keberadaan organisasi kepemudaan dapat menjadi kekuatan penyeimbang di tengah derasnya nilai-nilai kekerasan menerjang generasi muda saat ini. Pemuda, kata dia, menyimpan hasrat atau jiwa radikalisme.
Negara, ucap dia, harus memberikan ruang untuk berekspresi dan berpartisipasi seluas-luasnya bagi generasi muda. Generasi muda, lanjut Hetifah, juga harus diberikan atau mendapat kesempatan menunjukkan eksistensinya.
Saat ini, Hetifah mengatakan, pilihan-pilihan yang diberikan negara kepada generasi muda sedikit. Organisasi kemasyarakatan atau kepemudaan menjadi salah satu pilihan untuk mengatasi ketertutupan ruang berekspresi dan berpartisipasi bagi generasi muda.
Dia mengatakan, pendidikan sebagai saluran transformasi peradaban saat ini kering dengan nilai-nilai pluralisme. Pendidikan saat ini cenderung indoktrinatif, diskriminatif, dan intimidatif yang kering dengan nilai-nilai pluralisme.
Selain itu, pendidikan saat ini tidak memberikan kesempatan para siswanya mengenal keberagaman. Ia mencontohkan, saat ini banyak bermunculan lembaga pendidikan yang hanya menerima peserta didik dari satu agama atau kepercayaan. Tanpa sadar hal itu telah menutup kesempatan orang sedari awal untuk diperkenalkan kepada sesuatu yang plural.
"Orang tidak dibiasakan untuk bercampur di antara orang-orang (masyarakat-Red), terbiasa homogen di dalam kelompok sosialnya sendiri," ujarnya. Fenomena seperti ini mencemaskan, karena tidak ada kesempatan untuk mempelajari karakter sosial yang beragam.
Tidak hanya itu saja, kata dia, konten pendidikan saat ini, disadari atau tidak, mengandung aspek kekerasan dan permusuhan. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus diajarkan mulai dari pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi.
Presiden harus turun tangan untuk mengatasi fenomena yang mencemaskan ini. Presiden harus memerintahkan seluruh kementerian mengoreksi kebijakan, sehingga kebijakan yang diambil pada masa mendatang lebih menjawab persoalan.
Selama ini, pemerintah lemah memandang persoalan radikalisme atau sikap kekerasan yang tumbuh di kalangan muda. "Seolah-olah ini dianggap sebagai kasuistik," ujarnya. Seharusnya, ucap dia, kasus-kasus yang muncul dapat dijadikan bahan menelaah lebih jauh kebijakan yang diambil pemerintah selama ini terhadap generasi muda.
Sementara itu, DPR menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) Pembentukan Daerah Otonomi Baru yang sebelumnya pernah diusulkan Komisi II DPR. Ada 19 Daerah yang siap dimekarkan. Salah satunya adalah Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara).
Terlepas adanya moratorium penghentian sementara pemekaran, Hetifah menilai pemekaran daerah perlu dilakukan untuk mempercepat pembangunan daerah. "Pemerintah pusat memang punya banyak program daerah, tapi realisasinya banyak yang tidak jalan," ujarnya. (Yudhiarma)
Ida Fauziah, Anggota DPR dari
Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

Membuka Peluang Wanita di Politik

Saat ini, aturan tentang keterwakilan 30 persen perempuan dalam penyusunan calon legislatif (caleg) sebenarnya sudah baik. Namun, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kaum perempuan untuk meningkatkan kualitas diri.
Menurut dia, aturan kuota 30 persen yang diberlakukan bagi caleg perempuan sudah diterapkan sejak Pemilu 2004. Hasilnya, dari 550 anggota DPR saat ini tercatat sebanyak 62 orang di antaranya adalah perempuan atau sekitar 11,3 persen. Jumlah ini mengalami peningkatan pada pemilu 2009 di mana terdapat sebanyak 101 anggota DPR perempuan atau 18,04 persen.
"Jadi aturan keterwakilan ini cukup strategis karena pada Pemilu 1999 sebelum ada ketentuan 30 persen, jumlah anggota DPR perempuan hanya 45 orang dari 500 anggota DPR, atau hanya sekitar 9 persen saja," katanya.
Meskipun demikian, dia mengaku cukup optimistis keterwakilan perempuan di DPR akan terus mengalami kenaikan pada Pemilu 2014. Yang terpenting, ujar dia, aturan tersebut juga diimbangi dengan pengawasan dan perjuangan dalam proses politik.
"Yang dapat dilakukan adalah tetap mendorong dan mempertahankan penerapan kebijakan afirmatif dengan kuota 30 persen keterwakilan perempuan," katanya. Yakni, tetap mempertahankan dan melanjutkan kebijakan afirmatif ini dengan tetap memuat kebijakan tersebut dalam revisi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Legislatif maupun paket Undang-Undang politik. (Tri H)
Tetty Kadi Bawono, Anggota Fraksi Partai Golkar
Perlu Kesetaraan Gender

Undang-undang No 15 Tentang Pemilihan Umum (Pemilu) makin memberikan peluang yang lebih terbuka kepada kaum hawa untuk berkiprah di dunia politik. Karena dalam undang-undang baru hasil revisi ini, kuota 30 persen bagi perempuan mendekati wajib. Bahkan, undang-undang ini juga mengatur, dalam setiap tiga caleg laki-laki harus ada caleg perempuannya.
Sayangnya, peluang emas ini tidak sekonyong-konyong disambut dengan tangan terbuka oleh para perempuan. Karena ternyata masih banyak perempuan yang belum berminat menjadi politisi apalagi menjadi anggota DPR. Di sisi lain, pemberian peluang kepada perempuan ini masih tergantung kepada karakter partai yang bersangkutan.
Bagi Partai Golkar yang memiliki organisai perempuan dengan jumlah anggota cukup besar, yakni KPPG (Kesatuan Perempuan Partai Golkar)), masalah kuota 30 persen perempuan di parpol dan parlemen, sudah menjadi barang wajib. Karena itu, perempuan-perempuan Partai Golkar menyambut baik undang-undang ini.
Tetty Kadi Bawono adalah salah seorang politikus Partai Golkar ini dikenal dan gigih memperjuangkan kuota 30 persen. Tetty juga dikenal sebagai perempuan yang penuh semangat dalam memperjuangkan kesetaraan gender.
Ia kerap berbagi solusi masalah emansipasi wanita yang masih menjadi persoalan krusial di Indonesia. Penyanyi pop yang populer pada 1970-an ini turut memperjuangkan undang-undang yang menyamakan hak dan kewajiban wanita dengan pria. Legislasi itu dia upayakan karena berbagai kasus penistaan terhadap wanita kerap terjadi, baik di dalam maupun di luar rumah tangga.
Karena itu, anggota Komisi IX DPR yang juga Sekretaris Umum Kaukus Perempuan Parlemen ini tak kenal lelah mendorong pengesahan UU Berkeadilan dan Kesetaraan Gender. "Kami sedang memperjuangkan dan mendorong agar UU Berkeadilan dan Kesetaraan Gender dapat segera disahkan," ujar pejuang kesetaraan perempuan ini.
Sebagai politikus perempuan, Tetty memiliki kepedulian tinggi terhadap berbagai persoalan perempuan. Sebab, kata pelantun lagu hits di tahun 1970-an, Sepanjang Jalan Kenangan dan Teringat Selalu ini, perempuan sering menjadi korban berbagai persoalan kehidupan.
"Coba Anda lihat, dampak dari persoalan pengangguran, korbannya perempuan; dampak dari masalah kemiskinan, korbannya juga perempuan. Begitu pun dengan persoalan ekonomi dan sosial lain. Perempuan selalu jadi korban, ujar wanita kelahiran Jakarta, 3 April 1952, ini.
UU Kesetaraan Gender ini nanti, menurut mantan anggota DPRD Jabar ini, membuat hak-hak perempuan bisa lebih diperjuangkan. Diberlakukannya affirmative action, sejalan dengan pengesahan UU tersebut, akan membuat peluang perempuan duduk di parlemen lebih terbuka.
"Sayangnya, belum akan diikuti kebijakan di instansi pemerintah. Masih sedikit perempuan yang memegang jabatan penting dan strategis di pemerintahan. Itulah yang akan kita perjuangkan melalui UU Kesetaraan Gender," ujar Tetty.
Dengan adanya undang-undang yang baru ini, diharapkan perempuan tidak hanya akan mengisi kuota 30 persen di parlemen, tapi juga di instansi pemerintah. Namun sayangnya, lagi-lagi masalahnya disamping soal kebijakan partai bersangkutan, juga masalah tradisi dan budaya. (Kartoyo DS)
Melani Leimena Suhardi, Wakil Ketua MPR
Harus Ada Wanita Pimpin DPR

Peluang dan peran wanita era sekarang sudah sangat maju. Beberapa posisi penting baik di lembaga pemerintahan dan swasta banyak dipuncaki perempuan.
"Lembaga pemerintah mulai dari kabinet, MPR dan DPD sudah melibatkan wanita di pucuk pimpinan. Begitu juga di BUMN dan perbankan nasional, perempuan sudah berperan dan berkiprah. Dan peran mereka sangat menonjol. Ke depan saya berharap salah satu pimpinan di DPR juga dipegang wanita," kata Melani.
Menurutnya, saat ini wanita sudah banyak yang sukses dalam berkiprah di dunia politik dan memiliki pengaruh yang signifikan.
"Hal yang cukup mengembirakan juga dari 50 persen wanita berpengaruh di Asia empat di antaranya dari Indonesia," tambah politisi Demokrat ini.
Melani juga menekankan, peran wanita sekarang tidak ada lagi dikotomi ibu rumah tangga dengan wanita karier. Menurut Melani wanita karier dan ibu rumah tangga adalah pilihan.
"Teknologi informasi yang berkembang pesat memungkinkan ibu rumah tangga juga dapat berkiprah banyak. Dia bisa menulis dan juga berwiraswasta lewat media online. Banyak ibu rumah tangga yang berhasil dengan memanfaatkan teknologi informasi ini," ujar Melani. Baik ibu rumah tangga maupun wanita karier, pesan Melani harus sama-sama mengedepankan pendidikan. Baik pendidikan untuk dirinya sendiri maupun pendidikan untuk anak-anaknya.
"Pendidikan itu sangat penting. Negara yang tidak punya sumber daya alam saja tetapi sumber daya manusianya unggul mereka bisa eksis dan maju. Sementara Indonesia yang kayak dengan sumber daya alam melimpah lama-lama akan habis juga. Karena itu sumber daya manusianya harus unggul," katanya. (Rully) 
 
 
Sumber : http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=301807

Korupsi di Kampus,Jadikan Introspeksi

JAKARTA–Pernyataan Ketua DPR, Marzuki Ali yang menuding korupsi kerap dilakukan civitas kampus dan alumni, telah membuat sebagai akademisi gelisah. Lontaran pendapat tersebut dianggap terlalu mengeneralisir persoalan, apalagi menyebutkan kampus tertentu.

Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, A Bakir Ihsan mengatakan, pendapat tersebut tak perlu disikapi secara negatif. Pendapat itu didasari oleh berbagai fakta-fakta yang ada. Tak bisa diingkari tindak korupsi itu terjadi di kalangan akademisi.

”Tak perlu diingkari. Lebih baik mari kita bangkit bersama, menata kampus bebas korupsi,” ujar A Bakir Ihsan dalam surat elektroniknya yang diterima INDOPOS (Grup JPNN), Jakarta, Selasa (8/5).

Memang sangat memprihatinkan, lanjut dia, perguruan tinggi yang menjadi basis moral juga terseret dalam arus korupsi. Tak lagi mampu menahan dari tindakan tak terpuji tersebut. Menurutnya pelaku korupsi memang menyeret siapa saja. Tak melihat status dan pendidikan. Korupsi menyerupai serangan yang sangat eksesif, terjadi pada semua kalangan.

”Saya percaya banyak dosen yang masih dapat menjaga diri, tapi tak sedikit pula yang terseret arus tersebut,” paparnya. Tak diingkari pun, tambah dia banyak kampus yang telah membekali lingkungannya dnegan pendidikan anti korupsi. Bahkan diperkuat dengan kegiatan keagamaan sebagai nilai-nilai moral.

Tetapi nyatanya, ucap dosen FISIP UIN ini, pendidikan yang diajarkan tak begitu memberi pengaruh. Tindak korupsi terus terjadi. Pelakunya pun dari kalangan orang terdidik. ”Tak boleh menyalahkan sistem. Karena korupsi yang terjadi sudah begitu luas, menyerang banyak lembaga, termasuk kampus,” ungkapnya.

Dia berharap kampus bisa menjadi sumber gerakan anti korupsi. Perguruan tinggi pelru kembali mengembangkan tri dharma perguruan tinggi. Karena itu menjadi symbol peran perguruan tinggi dala kehidupan.

Meningkatnya tindak korupsi, tak terlepas dari lemahnya pendidikan di perguruan tinggi. Perlu kesadaran berasma tentang kenyataan tersebut. Perguruan tinggi harus berbenah menjawab perubahan dan tantangan. ”Seharusnya perguruan tinggi menjadi epicentrum perlawanan korupsi. Bukan sebaliknya menjadi penyumbang koruptor,” papar dia.

Selain itu, A Bakir Ihsan meminta dua institusi pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan secaar langsung, yakni Kemendikbud dan Kemenag dapat lebih mengontrol lembaga pendidikan. Memberikan sanksi bagi kampus yang di dalamnya ada tindak korupsi.

Pernyataan serupa disampaikan Menteri Pendidikan M. Nuh. Dikatakan, di beberapa kasus, orang menjadi pintar melanggar aturan setelah lulus kuliah. Ada banyak hal yang membuat seseorang menjadi suka melanggar aturan.

"Oleh karena itu, ayo sama-sama kita benahi. Itu kan nakalnya setelah lulus. Terus dia ikut opo, ikut opo, semua tidak menjamin sehingga yang harus kita lakukan pembenahan sistemnya secara keseluruhan," ujar M Nuh saat memimpin rapat pembahasan RUU Perguruan Tinggi (PT) di kantornya, Selasa (8/5).

Menurutnya, penggeneralisasian alumni kampus mana yang paling korup tidaklah tepat. Dia mencontohkan, jika ingin mencari orang nakal di Indonesia, maka sebagian besar merupakan orang Jawa. Hal itu jarena populasinya paling banyak. "Dari teori statistik kan begitu. Oleh karena itu, kita tidak bisa mengambil generalisasi seperti itu," sambung Nuh.

Namun, lanjutnya, jika ada perguruan tinggi yang nakal maka seharusnya introspeksi. "Bisa jadi PT-nya sudah mempersiapkan dengan baik, tapi setelah keluar dari PT kan nggak bisa lagi kita kendalikan. Organisasi kepemudaan juga begitu. Organisasi politik juga begitu, dan seterusnya," paparnya.  (rko/dms)

Sumber : http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=126832#

Linda Gumelar: Perempuan Benteng Utama Keluarga

JAKARTA, Jaringnews.com - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Agum Gumelar membuka secara resmi penyelenggaraan Kowani Fair, Acwo Fair 2012 & Iwapi Expo.

Pameran yang digelar oleh Kongres Wanita Indonesia (Kowani) ini  akan berlangsung hingga 13 Mei 2012 menampilkan produk kerajinan Indonesia. Tema yang diusung adalah "Membangun Kemandirian Ekonomi Perempuan Asean."

Linda Agum Gumelar mengatakan jumlah perempuan di Indonesia mencapai 49,7% dari jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 230 juta jiwa. Apalagi jika digabungkan dengan jumlah perempuan yang ada di Asean maka jumlahnya akan bertambah besar.

Karena itu perempuan Indonesia harus lebih aktif khsususnya bagaimana ikut membangun kemandirian ekonomi.

"Perempuan meruapakan benteng utama ekonomi keluarga, karena itu ia bekerja dari rumah dan memulai dari usaha mikro," kata Linda saat membuka Kowani Fair, Acwo Fair 2012 & Iwapi Expo di Gedung Smesco, hari ini.

Karena itu memberikan kesempatan kerja kepada perempuan menjadi sangat penting, tidak hanya sektor formal tetapi juga sektor informal. Dan, salah satu jawabannya dengan penyelenggaran acara seperti ini.

"Ini saya sebut Mall of Kowani," kata Linda.

Linda Gumelear juga menyatakan bahwa selama ini sudah banyak kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan kesetaraan dengan laki-laki. Namun upaya tersebut tidak bisa hanya dilakukan pemerintah tetapi harus didukung oleh semua pihak.

"Saya memberikan aspresiasi kepada Kowani karena memberdayakan anggotanya dengan acara seperti ini," kata Linda.

 Sumber : http://jaringnews.com/ekonomi/ukm/14911/linda-gumelar-perempuan-benteng-utama-keluarga

Tiga Persoalan dalam Pendidikan Keaksaraan

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerhati pendidikan Arief Rachman menekankan, pengentasan buta aksara jangan hanya berfokus pada hal-hal yang bersifat kuantitatif. Hal yang lebih penting, menurutnya, hal-hal yang sifatnya kualitatif.
"Evaluasi kualitatif itu umpamanya sikap seseorang. Itu kan harus dievaluasi. Sikap daerah terhadap membaca itu baik atau tidak. Itu yang selama ini tidak dihitung. Yang dihitung itu kuantitatif saja, berapa orang yang sudah bisa baca, dan sebagainya," kata Arief, Jumat (21/10/2011).
Saat ini, menurut data pemerintah, terdapat 8,3 juta atau 4,6 persen dari total jumlah penduduk masih belum menguasai baca dan tulis. Sebagian dari jumlah tersebut adalah mereka yang berada di usia lanjut, atau di atas 40 tahun.
Menurut Arief, ada tiga persoalan penting dalam pendidikan keaksaraan. Tiga persoalan itu adalah sikap, kebiasaan, dan dorongan-dorongan seseorang yang membuatnya merasa tetap bisa mendapatkan uang tanpa perlu bisa membaca. Arief mengatakan, filosofi kehidupan yang luhur bertabrakan dengan hal-hal yang sifatnya lebih kepada materi.
"Nilai-nilai ini dikalahkan karena orang menganggap kemampuan membaca tidak penting. Mereka berpikir, lebih baik tidak bisa membaca tetapi punya uang. Mereka tidak tahu bahwa dengan membaca maka kita bisa memegang nilai-nilai luhur dari bangsa dan kehidupan ini," paparnya.
"Awal dari peradaban adalah keaksaraan itu sendiri yang berjalan dari masyarakat yang belajar. Kemampuan baca tulis dan berhitung itu sifatnya berkelanjutan, sedangkan uang atau materi tidak," lanjut Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk Unesco ini.

Sumber : http://regional.kompas.com/read/2011/10/21/15520088/Tiga.Persoalan.dalam.Pendidikan.Keaksaraan.

9 Prinsip Pendidikan Orang Dewasa

“Pendidikan” mempunyai banyak pengertian, tetapi secara umum diterima sebagai suatu perubahan perilaku. Tulisan dimaksudkan bukan untuk menganalisa teori yang ada dibalik Pendidikan Orang Dewasa, melainkan untuk memahami prinsip-prinsip Pendidikan Orang Dewasa (atau yang biasa disingkat POD) yang dapat diterima. Prinsip-prinsip yang disajikan di sini pada dasarnya sama dengan yang dikembangkan pada beberapa pelatihan yang menggunakan metode instruksional, tetapi satu hal yang membedakan adalah prinsip-prinsip POD lebih dikenal secara luas.
Prinsip-prinsip ini berkaitan dengan training (pelatihan) dan pendidikan, dan biasanya diterapkan pada situasi kelas formal atau untuk sistem on the job training (magang). Tiap bentuk pelatihan sebaiknya memuat sebanyak mungkin 9 prinsip yang tersebut di bawah ini. Supaya kita mudah mengingatnya (9 prinsip tersebut), maka biasanya digunakn sistem jembatan keledai atau istilah asingnya mnemonic, yaitu RAMP 2 FAME.
R = Recency
A = Appropriateness
M = Motivation
P = Primacy
2 = 2 – Way Communication
F = Feedback
A = Active Learning
M = Multi – Sense Learning
E = Excercise
Prinsip-prinsip ini dalam berbagai cara sangat penting, karena memungkinkan Anda (pelatih) untuk menyiapkan satu sessi secara tepat dan memadai, menyajikan sessi secara efektif dan efisien, juga memungkinkan anda melakukan evaluasi untuk sessi tersebut. Mari kita coba lihat ide-ide yang melatarbelakangi istilah RAMP 2 FAME. Penting untuk dicatat bahwa prinsip-prinsip ini tidak disajikan dalam satu urutan. Kedudukannya sama dalam satu kaitan antar hubungan.
R – RECENCY
Hukum dari Recency menunjukkan kepada kita bahwa sesuatu yang dipelajari atau diterima pada saat terakhir adalah yang paling diingat oleh peserta/ partisipan. Ini menunjukkan dua pengetian yang terpisah di dalam pendidikan. Pertama, berkaitan dengan isi (materi) pada akhir sessi dan kedua berkaitan dengan sesuatu yang “segar” dalam ingatan peserta. Pada aplikasi yang pertama, penting bagi pelatih untuk membuat ringkasan (summary) sesering mungkin dan yakin bahwa pesan-pesan kunci/inti selalu ditekankan lagi di akhir sessi. Pada aplikasi kedua, mengindikasikan kepada pelatih untuk membuat rencana kaji ulang (review) per bagian di setiap presentasinya.
Faktor-faktor untuk pertimbangan tentang recency
  • Usahakan agar tiap sessi yang diberikan berjangka waktu yang relatif pendek, tidak lebih dari 20 menit (jika itu memungkinkan).
  • Jika sessi lebih dari 20 menit, harus sering diringkas (direkap). Sessi yang lebih panjangsebaiknya dibagi-bagi ke dalam sessi-sessi yang lebih pendek dengan beberapa jeda sehingga anda dapat membuat ringkasan.
  • Akhir dari tiap sessi merupakan suatu yang penting. Buatlah ringkasan/rekap dari keseluruhan sessi dan beri penekanan pada pesan-pesan atau poin-poin kunci.
Upayakan agar peserta/partisipan tetap “sadar” kemana arah dan perkembangan dari belajar mereka
A : APPROPRIATENES (Kesesuaian)
Hukum dari appropriatenes atau kesesuaian mengatakan kepada kita bahwa secara keseluruhan, baik itu pelatihan, informasi, alat-alat bantu yang dipakai, studi kasus -studi kasus, dan material-material lainnya harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta/partisipan. Peserta akan mudah kehilangan motivasi jika pelatih gagal dalam mengupayakan agar materi relevan dengan kebutuhan mereka. Selain itu, pelatih harus secara terus menerus memberi kesempatan kepada peserta untuk mengetahui bagaimana keterkaitan antara informasi-informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya yang sudah diperolah peserta, sehingga kita dapat menghilangkan kekhawatiran tentang sesuatu yang masih samar atau tidak diketahui.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan mengenai appropriatness :
  • Pelatih harus secara jelas mengidentifikasi satu kebutuhan bagi peserta agar mengambil bagian dalam pelatihan. Dengan kebutuhan yang teridentifikasi, pelatih harus yakin bahwa sehala sesuatu yang berhubungan dengan sessi sesuai dengan kebutuhan tersebut.
  • Gunakan deskripsi, contoh-contoh atau ilustrasi-ilustrasi yang akrab (familiar) dengan peserta.
M: MOTIVATION (motivasi)
Hukum dari motivasi mengatakan kepada kita bahwa pastisipan/peserta harus punya keinginan untuk belajar, dia harus siap untuk belajar, dan harus punya alasan untuk belajar. Pelatih menemukan bahwa jika peserta mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar atau rasa keinginan untuk berhasil, dia akan lebih baik dibanding yang lainnya dalam belajar. Pertama-tama karena motivasi dapat menciptakan lingkungan (atmosphere) belajar menjadi menye-nangkan. Jika kita gagal menggunakan hukum kesesuaian (appropriateness) tersebut dan mengabaikan untuk membuat material relevan, kita akan secara pasti akan kehilangan motivasi peserta.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan mengenai motivasi:
  • Material harus bermakna dan berharga bagi peserta, tidak hanya bagi pelatih
  • Yang harus termotivasi bukan hanya peserta tetapi juga pelatih itu sendiri. Sebab jika pelatih tidak termotivasi, pelatihan mungkin akan tidak menarik dan bahkan tidak mencapai tujuan yang diinginkan.
  • Seperti yang disebutkan dalam hukum kesesuaian (appropriateness), pelatih suatu ketika perlu mengidentifikasi satu kebutuhan kenapa peserta datang ke pelatihan. Pelatih biasanya dapat menciptakan motivasi dengan mengatakan bahwa sessi ini dapat memenuhi kebutuhan peserta.
  • Bergeraklah dari sisi tahu ke tidak tahu. Awali sessi dengan hal-hal atau poin-poin yang sudah akrab atau familiar bagi peserta. Secara perlahan-lahan bangun dan hubungkan poin-poin bersama sehingga setiap tahu kemana arah mereka di dalam proses pelatihan.
P : PRIMACY (Menarik Perhatian di awal sessi)
Hukum dari primacy mengatakan kepada kita bahwa hal-hal yang pertama bagi peserta biasanya dipelajari dengan baik, demikian pula dengan kesan pertama atau serangkaian informasi yang diperoleh dari pelatih betul-betul sangat penting. Untuk alasan ini, ada praktek yang bagus yaitu dengan memasukkan seluruh poin-poin kunci pada permulaan sessi. Selama sessi berjalan, poin-poin kunci berkembang dan juga informasi-informasi lain yang berkaitan. Hal yang termasuk dalam hukum primacy adalah fakta bahwa pada saat peserta ditunjukkan bagaimana cara mengerjakan sesuatu, mereka harus ditunjukkan cara yang benar di awalnya. Alasan untuk ini adalah bahwa kadang-kadang sangat sulit untuk “tidak mengajari” peserta pada saat mereka membuat kesalahan di permulaan latihan.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan mengenai primacy:
  • Sekali lagi, upayakan sessi-sessi diberikan dalam jangka waktu yang relatif singkat. Sebaiknya sekitar 20 menit seperti yang disarankan dalam hukum recency.
  • Permulaan sessi anda akan sangat penting. Seperti yang anda ketahui bahwa sebagian banyak peserta akan mendengarkan, dan oleh karena itu buatlah semenarik mungkin dan beri muatan informasi-informasi penting ke dalamnya.
  • Usahakan agar peserta selalu “sadar” arah dan perkembangan dari belajarnya.
  • Yakinkan peserta akan memperoleh hal-hal yang tepat pada saat anda pertama kali meminta mereka melakukan sesuatu
2 : 2- WAY COMMUNICATION (Komunikasi 2 arah)
Hukum dari 2-way-communication atau komunikasi 2 arah secara jelas menekankan bahwa proses pelatihan meliputi komunikasi dengan peserta, bukan pada mereka. Berbagai bentuk penyajian sebaiknya menggunakan prinsip komunikasi 2 arah atau timbal balik. Ini tidak harus bermakna bahwa seluruh sessi harus berbentuk diskusi, tetapi yang memungkinkan terjadinya interaksi di antara pelatih/fasilitator dan peserta/partisipan.
Faktor-faktor untuk pertimbangan mengenai 2-way communication:
  • Bahasa tubuh anda juga berkaitan dengan komunikasi 2 arah: anda harus merasa yakin bahwa itu tidak bertentangan dengan apa yang anda katakan.
  • Rencana sessi anda sebaiknya memiliki interaksi dengan siapa itu dirancang, yaitu tak lain adalah peserta.
F: FEEDBACK (Umpan Balik)
Hukum dari feedback atau umpan balik menunjukkan kepada kita, baik fasilitator dan peserta membutuhkan informasi satu sama lain. Fasilitator perlu mengetahui bahwa peserta mengikuti dan tetap menaruh perhatian pada apa yang disampaikan, dan sebaliknya peserta juga membutuhkan umpan balik sesuai dengan penampilan/kinerja mereka.
Penguatan juga membutuhkan umpan balik. Jika kita menghargai peserta (penguatan yang positif) untuk melakukan hal-hal yang tepat, kita mempunyai kesempatan yang jauh lebih besar agar mereka mengubah perilakunya seperti yang kita kehendaki. Waspada juga bahwa terlalu banyak penguatan negatif mungkin akan menjauhkan kita memperoleh respon yang kita harapakan.
Faktor-faktor untuk pertimbangan mengenai feedback:
  • Peserta harus diuji (dites) secara berkala untuk umpan balik bagi fasilitator
  • Pada saat peserta dites, mereka harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka sesegera mungkin.
  • Tes bisa juga meliputi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan fasilitator secara berkala mengenai kondisi kelompok
  • Semua umpan balik tidak harus berupa yang positif, seperti yang dipercaya banyak orang. Umpan balik positif hanya setengah dari itu dan hampir tidak bermanfaat tanpa adanya umpan balik negatif
  • Pada saat peserta berbuat atau berkata benar (misal menjawab pertanyaan), sebut atau umumkan itu (di hadapan kelompok/peserta lain jika itu mungkin).
  • Persiapkan penyajian anda sehingga ada penguatan positif yang terbangun di awal sessi.
  • Perhatikan betul-betul peserta yang memberi umpan balik positif (berbuat betul) sama halnya kepada mereka yang memberi umpan balik negatif (melakukan kesalahan).
A : ACTIVE LEARNING (Belajar Aktif)
Hukum dari active learning menunjukkan kepada kita bahwa peserta belajar lebih giat jika mereka secara aktif terlibat dalam proses pelatihan. Ingatkah satu peribahasa yang mengatakan “Belajar Sambil Bekerja” ? Ini penting dalam pelatihan orang dewasa. Jika anda ingin memerintahkan kepada peserta agar menulis laporan, jangan hanya memberitahu mereka bagaimana itu harus dibuat tetapi berikan kesempatan agar mereka melakukannya. Keuntungan lain dari ini adalah orang dewasa umumnya tidak terbiasa duduk seharian penuh di ruangan kelas, oleh karena itu prinsip belajar aktif ini akan membantu mereka supaya tidak jenuh.
Faktor-faktor untuk pertimbangan mengenai active learning:
  • Gunakan latihan-latihan atau praktek selama memberikan instruksi
  • Gunakan banyak pertanyaan selama memberikan instruksi
  • Sebuah kuis cepat dapat digunakan supaya peserta tetap aktif
  • Jika memungkinkan, biarkan peserta melakukan apa yang ada dalam instruksi
Jika peserta dibiarkan duduk dalam jangka waktu lama tanpa berpartisipasi atau diberi pertanyaan-pertanyaan, kemungkinan mereka akan mengantuk /kehilangan perhatian.
M : MULTIPLE -SENSE LEARNING
Hukum dari multi- sense learning mengatakan bahwa belajar akan jauh lebih efektif jika partisipan menggunakan lebih dari satu dari kelima inderanya. Jika anda memberitahu trainee mengenai satu tipe baru sandwich mereka mungkin akan mengingatnya. Jika anda membiarkan mereka menyentuh, mencium dan merasakannya dengan baik, tak ada jalan bagi mereka untuk melupakannya.
Faktor-faktor untuk pertimbangan mengenai multiple-sense learning:
  • Jika anda memberitah/mengatakan sesuatu kepada peserta, cobalah untuk menunjukkannya dengan baik
  • Gunakan sebanyak mungkin indera peserta jika itu perlu sebagai sarana belajar mereka, tetapi jangan sampai lupa sasaran yang ingin dicapai
  • Ketika menggunakan multiple-sense learning, anda harus yakin bahwa tidak sulit bagi kelompok untuk mendengarnyaa, melihat dan menyentuh apapun yang anda inginkan.
Saya dengar dan saya lupa
Saya lihat dan saya ingat
Saya lakukan dan saya paham

(Confusius, 450 SM)
E. EXERCISE (Latihan)
Hukum dari latihan mengindikasikan bahwa sesuatu yang diulang-ulang adalah yang paling diingat. Dengan membuat peserta melakukan latihan atau mengulang informasi yang diberikan, kita dapat meningkatkan kemungkinan mereka semakin mampu mengingat informasi yang sudah diberikan. Yang terbaik adalah jika pelatih menambah latihan atau mengulangi pelajaran dengan mengulang informasi dalam berbagai cara yang berbeda. Mungkin pelatih dapat membicarakan mengenai suatu proses baru, lalu menunjukkan diagram/overhead, menunjukkan produk yang sudah jadi dan akhirnya minta kepada peserta untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Latihan juga menyangkut intensitas. Hukum dari latihan juga mengacu pada pengulangan yang berarti atau belajar ulang.
Faktor-faktor untuk pertimbangan dalam exercise:
  • Semakin sering trainee mengulang sesuatu, semakin mereka mengingat informasi yang diberikan
  • Dengan memberikan pertanyaan berulang-ulang kita meningkatkan latihan
  • Peserta harus mengulang latihannya sendiri, tetapi mencatat tidak termasuk di dalamnya
  • Ringkaslah sesering mungkin karena ini bentuk lain dari latihan. Buatlah selalu ringkasan saat menyimpulkan sessi
  • Buat peserta selalu ingat secara berkala apa yang telah sidajikan sedemikian jauh dalam presentasi
  • Sering disebutkan bahwa tanpa beberapa bentuk latihan, peserta akan melupakan 1/4 dari yang mereka pelajari dalam 6 jam, 1/3 dalam 24 jam, dan sekitar 9 % dalam 6 minggu.
Kesimpulan
Prinsip-prinsip dari belajar berkaitan kepada pelatihan dan pendidikan. Prinsip-prinsip tersebut digunakan di seluruh sektor/area, baik dalam ruang kelas atau sistem magang. Prinsip-prinsip ini dapat digunakan kepada anak-anak dan remaja sebaik kepada orang dewasa. Instruksi yang efektif harus menggunakan sebanyak mungkin prinsip-prinsip ini, jika tidak keseluruhan-nya. Pada saat anda merencanakan satu sessi, lihat keseluruhan draft untuk meyakinkan bahwa prinsip-prinsip telah digunakan dan jika tidak, mungkin perlu suatu revisi (perbaikan).

Sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/02/15/9-prinsip-pendidikan-orang-dewasa/

Selasa, 08 Mei 2012

PAUD Turut Pegang Peranan Penting Cetak Generasi Muda Muba Kreatif

MENGGALI dan membina kreativitas anak sejak usia dini sangatlah penting agar tumbuh rasa percaya diri serta terbentuk kepribadian anak yang berani, cerdas dan kreatif.

Di sinilah peran penting Pendidikan Usia Dini (PAUD) sebagai wadah awal dalam pembinaan kreativitas anak usia dini agar tercipta generasi muda Muba yang kreatif, inovatif berani dan percaya diri.

Selain itu diharapkan pula agar dinas Pendidikan Nasional Musi Banyuasin dapat membuatkan kurikulum yang seragam dengan standar dari Diknas untuk seluruh PAUD di Kabupaten Muba, agar dapat lebih terarah dan terukur.

Dan khusus untuk tenaga pengajar PAUD juga harus diberikan pelatihan khusus difasilitasi oleh Diknas. Sebab tidak mudah dalam mendidik anak usia dini, butuh kesabaran dan metode pembelajaran khusus, sehingga para orangtua akan semakin yakin untuk mengikutsertakan anak mereka belajar ke PAUD atau TK, sehingga potensi, kreativitas dan bakat anak dapat tersalurkan dan dibina melalui wadah yang positif.

Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Himpunan Pendidikan Usia Dini (HIMPAUDI) Kabupaten Musi Banyuasin Hj Lucianty Pahri saat membuka acara lomba kreativitas anak usia dini di komplek perguruan Tinggi Muhammadiyah Desa Ulak Paceh Jaya Kecamatan Lawang Wetan.

Hj Lucianty Pahri sangat menyambut positif diselenggarakannya lomba Kreativitas anak usia dini ini. Sebab melalui lomba ini selain dapat melatih mental anak, juga menjadi faktor pendukung majunya dunia pendidikan Kabupaten Muba khususnya Kecamatan Lawang Wetan menuju PERMATA MUBA 2017 (3/5).

Hal senada juga disampaikan Kepada Dinas Pendidikan Nasional Muba Drs M Yusuf yang menjelaskan betapa pentingnya peran PAUD dalam tumbuh kembang anak usia 2-5 tahun.

Sebab pada periode tersebut termasuk periode emas perkembangan sel otak anak, sehingga sangat penting untuk membentuk pola pikir anak sejak usia dini.

Bahkan di kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI ada Dirjen tersendiri untuk PAUD.

Saat ini total PAUD di Kabupaten Musi Banyuasin 164 PAUD dan di Kecamatan Lawang Wetan baru ada 10 PAUD dari 15 Desa yang ada.

Diharapkan kedepan setiap desa dalam setiap kecamatan di kabupaten Muba terdapat PAUD.

Apalagi era Kepemimpinan Bupati Muba H Pahri Azhari dan Wakil Bupati Muba Beni Hernedi masih komitmen dalam upaya peningkatan mutu dan akses pendidikan Kabupaten Musi Banyuasin, dimana tahun 2012 Pemkab Muba telah mengalokasikan 22,5 % lebih dana APBD Muba untuk pembangunan sarana prasarana pendidikan Muba.

Kegiatan lomba kreativitas ini diadakan selama dua hari, pada tanggal 2-3 Mei 2012 dengan 7 (tujuh) tangkai perlombaan meliputi lomba tari daerah, menyanyi lagu islami, tausyiah, hafalan surat-surat pendek, hafalan doa sehari-hari, lomba busana muslim, dan lomba mewarnai dengan tema penghijauan, dan diikuti 273 orang peserta dari 13 TK dan 10 PAUD se Kecamatan Lawang Wetan.

Kegiatan lomba kreativitas anak usia dini ini dilaksanakan dalam rangka mengukur dan meningkatkan kreativitas anak didik, menumbuhkembangkan bakat anak sejak usia dini dan menjadikan kecamatan lawang wetan sebagai kecamatan layak anak serta untuk meningkatkan kemampuan para pendidik PAUD Kecamatan Lawang Wetan.

Hadir pada acara tersebut Kabid PLS Diknas Muba, pengawas TK Kabupaten Muba, Ketua IGTKI Muba dan Kepala UPTD Diknas Muba.

Pada kesempatan yang sama Ketua HIMPAUDI Muba Hj Lucianty Pahri, Kadiknas Muba Drs M Yusuf dan camat Lawang Wetan Wardata SPd melakukan penanaman pohon di Kompleks Perguruan Muhammadiyah Ulak Paceh Jaya Kecamatan Lawang Wetan.

Sumber : http://palembang.tribunnews.com/2012/05/03/paud-turut-pegang-peranan-penting-cetak-generasi-muda-muba-kreatif

STRATEGI PEMBELAJARAN KEJAR PAKET C SETARA SMA BERBASIS KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN


Pengantar   
        
Salah satu program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan (PMPTK) pendidikan nonformal adalah pelatihan tutor Paket C setara SMA yang diselenggarakan oleh Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kulon Progo dengan salah satu materi tentang strategi pembelajaran Kejar Paket C Setara SMA berbasis pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).            Sebagaimana diketahui bahwa Menteri Pendidikan Nasional telah mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2003 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Pada peraturan menteri yang pertama hal-hal penting yang dikemukakan antara lain tentang materi minimal, kompetensi minimal, dan kompetensi lulusan minimal. Sedangkan pada peraturan menteri yang kedua diuraikan tentang standar kompetensi minimal lulusan, standar kompetensi lulusan (SKL) satuan pendidikan, kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran.            Untuk meningkatkan keberfungsian Kejar Paket C Setara SMA maka dalam rangka memenuhi unsur kesetaraan, pelaksanaan Kejar Paket C harus memperhatikan juga ketentuan-ketentuan yang ada dalam dua peraturan menteri tersebut di atas. Untuk maksud itu maka kepada para tutor diberikan pelatihan strategi pembelajaran Kejar Paket C Setara SMA baik teori maupun prakteknya. 

Proses Pendidikan dan Strategi Pembelajaran           
Dilihat dari strategi pembelajaran, proses pendidikan mencakup tiga hal penting yaitu pendidik (Tutor), proses pembelajaran, dan peserta didik (warga belajar). Dalam konsep ini proses pendidikan itu tidak lain adalah proses interaksi aktif antara pendidik dan peserta didik melalui proses pembelajaran. Strategi pembelajaran mengacu pada proses pendidikan seperti itu yang akan mencakup tujuan belajar yang ingin dicapai, pelaku pembelajar, isi atau kegiatan pembelajaran, proses kegiatan pembelajaran, dan sarana belajar yang diperlukan. Dengan demikian strategi pembelajaran dapat dikatakan sebagai pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan pembelajaran.            Pada sisi lain, strategi pembelajaran itu tidak lain adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Secara lebih konkrit dan operasional, strategi pembelajaran sering diberi pengertian sebagai pendekatan, metode dan teknik, media, sumber belajar, pengelompokkan peserta didik untuk mewujudkan interaksi edukasi antara pendidik dengan peserta didik, antar peserta didik, dan antara peserta didik dengan lingkungannya, serta upaya pengukuran terhadap proses, hasil, dan/atau dampak kegiatan pembelajaran (Sudjana, 2005:6). 

Kegiatan Pembelajaran           
Terdapat banyak macam kegiatan pembelajaran yang dikenal sepanjang sejarah perkembangan strategi pembelajaran. Pada tahap awal dikenal kegiatan pembelajaran yang berupa magang yaitu kegiatan pembelajaran yang paling tua di dunia, dan bentuk kegiatan pembelajaran magang pada umumnya masih bertahan sampai sekarang. Magang semula adalah kegiatan pembelajaran peserta didik secara perorangan telah dikembangkan menjadi kegiatan pembelajaran peserta didik secara kelompok yang muncul sejak abad pertengahan yang dilakukan terutama oleh perkumpulan serikat-serikat sekerja. Pada perjalanan kemudian dengan semakin berkembangnya serikat kerja, magang sebagai kegiatan pembelajaran kelompok mengalami perubahan bentuk menjadi pelatihan (training) yang dikenal seperti sekarang ini (Sudjana, 2005:7).            Mengenai pelatihan itu sendiri lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa pelatihan merupakan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik di tempat atau panti pelatihan yang tersedia atau disediakan untuk kegiatan pelatihan seperti di tempat kerja, kantor, bangunan umum, dan sekolah. Pada perkembangan kemudian, kegiatan pembelajaran sering dilakukan dalam ruangan khusus yang disebut kelas yang memiliki keuntungan yang berupa, pertama, pembelajaran di kelas lebih efektif karena didukung oleh fasilitas, alat bantu, dan situasi pembelajaran yang kondusif, kedua, hubungan antara pendidikan dan peserta didik dengan bahan belajar dan lingkungan belajar semakin jelas. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pelatihan sebagai pengembangan dari magang merupakan pembelajaran peserta didik secara bekelompok yang memiliki karakteristik tersendiri dan umumnya dilakukan di dalam ruangan atau ruang kelas pada tempat pelatihan.            Pembelajaran di dalam kelas merupakan pengembangan lebih lanjut dari kegiatan belajar magang dan pelatihan. Pembelajaran di dalam kelas berkembang sangat pesat di dunia pendidikan formal yang kemudian diikuti pengembangannya di dunia pendidikan nonformal. Pada tahap lebih lanjut pembelajaran di dalam kelas didampingi oleh pembelajaran mandiri melalui berbagai fasilitas modul pembelajaran sehingga kemudian dikembangkan pula apa yang disebut pembelajaran jarak jauh. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan, membawa perkembangan pembelajaran dengan memanfaatkan media internet, maka dikenal kemudian dengan e-learning (belajar melalui pemanfaatan internet dan sejenisnya).            Dalam konteks pendidikan kesetaraan, model pembelajaran atau layanan pembelajaran dikembangkan bervariasi sesuai kemajuan teori pembelajaran dan kebutuhan peserta didik. Dikenal dalam pendidikan kesetaraan: (1) model layanan pembelajaran langsung yaitu layanan pembelajaran secara langsung, (2) lumbung sumber belajar yaitu nasra sumber sebagai pemandu komunitas dalam menggerakan pendidikan kesetaraan, (3) pangkalan belajar yaitu tempat mangkal para tutor keliling, kelas berjalan, atau motor pembelajaran yang menghubungkan titik-titik penyangga, (4) layanan pendidikan bergerak atau kelas berjalan sebagai pelayanan pendidikan dengan sistem jemput bola yang dilakukan oleh tutor pada peserta didik dari suatu tempat ke tempat yang lain, dan (5) E-learning yaitu pembelajaran pendidikan kesetaraan secara on-line sebagai alternatif bagi peserta didik yang relatif sulit untuk bertemu langsung dengan tutor atau meninggalkan tempat kerjanya (Ella Yulaelawati, 2007). 

Teori Pembelajaran           
Strategi pembelajaran berkait pula dengan teori-teori pembelajaran. Oleh karena itu perlu dibahas-ulang mengenai teori pembelajaran dalam kaitannya dengan strategi pembelajaran. Teori pembelajaran dan strategi pembelajaran berangkat dari asumsi dasar bahwa manusia itu pasif sebagai obyek yang akan bergerak atau memunculkan respons bila terjadi adanya stimulus. Di sisi lain, manusia itu aktif sebagai subyek dimana selalu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga dengan demikian terbentuklah kegiatan belajar sebagai suatu cara perubahan tingkah laku seseorang yang disebabkan oleh adanya usaha yang disengaja dan merupakan hasil interaksi dengan lingkungannya. Dalam kaitan dengan proses belajar ini muncullah kemudian berbagai teori belajar yang dikenal seperti teori koneksionisme, kondisioning, gestalt, dan teori medan.             Tulisan ini tidak bermaksud untuk menjelaskan satu per satu teori belajar itu. Tetapi yang ingin disampaikan adalah terjadinya berbagai perkembangan teori belajar yang kemudian berpengaruh pada prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar inilah yang penting untuk diketahui melalui tulisan ini. Ada sejumlah prinsip belajar yang perlu diketahui yaitu (1) perkembanagan kognitif, (2) mekanisme stimulus-respon-penguatan dalam pembentukan dan perubahan tingkahlaku, (3) pandangan humanis dimana belajar merupakan kebutuhan peserta didik, (4) pandangan andragogi dimana belajar itu adalah keterlibatan peserta didik, (5) pendangan reformasi sosial yang menekankan pentingnya kesadaran kritis dalam belajar, (6) pandangan perubahan sikap yaitu berubahnya keyakinan, perasaan, dan perilaku, (7) pandangan belajar yang menekankan pada masalah-proyeksi-aktualisasi diri, (8) pandangan belajar sebagai bagian esensial dari pemberdayaan, dan (9) pandangan belajar sebagai pembelajaran prima (Sudjana, 2005).            Prinsip-prinsip belajar tersebut di atas selalu memiliki kaitan dengan kegiatan pembelajaran secara keseluruhan dimana kegiatan pembelajaran itu adalah (1) interaksi antara proses dan hasil, (2) belajar keterampilan, (3) belajar pengetahuan yang berupa informasi dan konsep), (4) belajar sikap yaitu perubahan minat, nilai, pendapat, dan prasangka, dan (5) belajar itu adalah kemampuan pemecahan masalah. 

Pembelajaran Partisipatif           
Salah satu model pembelajaran yang berkembang pada saat ini adalah pembelajaran partisipatif yang menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, baik keterlibatan dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi. Pembelajaran partisipatif berjalan atas dasar prinsip (1) kebutuhan belajar, (2) berorientasi pada tujuan, (3) berpusat pada peserta didik, dan (4) menekankan pentingnya pengalaman belajar.            Selain itu, pembelajaran partisipatif sebagai kegiatan pembelajaran juga memperhatikan prinsip proses stimulus dan respons yang di dalamnya mengandung unsur-unsur kesiapan belajar, latihan, dan munculnya pengaruh pada terjadinya perubahan tingkah laku. Pembelajaran partisipatif sebagai kegiatan belajar lebih memperhatikan kegiatan-kegiatan individual dan mengutamakan kemampuan pendidik, menekankan pentingnya pengalaman dan pemecahan masalah, dan memfokuskan pada manfaat belajar bagi peserta didik.            Bagaimana menyusun rancangan dan strategi pembelajaran partisipatif? Berikut ini adalah langkah-langkah penting yang harus dilakukan dalam menyusun rancangan dan strategi pembelajaran partisipatif yang dapat diterapkan pada proses pembelajaran pendidikan kesetaraan:
  1. Melakukan asesmen kebutuhan belajar;
  2. Memilih pokok bahasan;
  3. Mengenali karakteristik peserta didik;
  4. Mengidentifikasi materi
  5. Merumuskan tujuan belajar;
  6. Merancang kegiatan pembelajaran
  7. Memilih alat bantu;
  8. Menentukan fasilitas dan sumber lain;
  9. Mempersiapkan evaluasi proses dan hasil;
  10. Melaksanakan test.
Proses menyusun rancangan dan strategi pembelajaran partisipatif harus dilakukan secara bersama antara pendidik dan peserta didik terutama dalam hal-hal yang menyangkut: (1) menciptakan iklim belajar bersama, (2) menyusun kelompok belajar, (3) mendiagnosis kebutuhan belajar, (4) menyusun tujuan belajar, (5) merancang pengalaman belajar, (6) melakukan kegiatan pembelajaran, dan (7) menilai proses dan hasil kegiatan pembelajaran.

Menyusun Strategi Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan           
Oleh penyelenggara para peserta diminta untuk menyusun dan menyiapkan strategi pembelajaran pendidikan kesetaraan khususnya untuk Kejar Paket C setara SMA dengan berbasis pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Bagaimana menyusunnya? Mengacu pada KTSP para peserta dalam menyusun strategi pembelajaran pendidikan kesetaraan hendaknya memperhatikan dua hal penting yaitu standar isi dan standar kompetensi minimal lulusan. Pada standar isi, peserta dapatlah mengenali dan merumuskan (1) kompetensi lulusan minimal, (2) kompetensi minimal, dan (3) materi minimal. Sedangkan pada yang kedua peserta dapatlah menyusun dan mengenali bagian-bagian penting berikut ini (1) standar kompetensi lulusan pada tingkat satuan pendidikan, (2) standar kompetensi lulusan pada kelompok mata pelajaran, dan (3) standar kompetensi lulusan mata pelajaran. Dengan mengenali dan menyusun dua hal pokok tersebut di atas, kemudian secara rinci para peserta dapat menyusun strategi pembelajaran pendidikan kesetaraan, khusus Kejar Paket C setara SMA yang lebih tepat guna. Daftar Pustaka Abdul Majid. 2005. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Ella Yulaelawati. 2007. Pendidikan Kesetaraan. Power Point. Makalah disampaikan dalam Seminar Sosialisasi Pendidikan Kesetaraan, Magelang, 15 Februari 2007.

Sumber: Prof.Dr. Yoyon Suryono