JIka kami bersama

Ketika tiada tempat lagi untuk berlari

kita vs mereka

Hey kau yang terluka karena engkau berbeda,Jangan pernah menyerah! hancurkan kesedihan. Kita kan bersama, ayo lawan dunia.

Indahnya Kebersamaan

Bersama kita terluka. Bersama kita bisa tertawa dan tertawa

Satu nusa satu bangsa

satu nusa satu bangsa cukup sudah saling mangsa,di tangan ini ku cengkeram erat bumi pertiwi,raih langit terbang tinggi mengejar mimpi merah putihku

Kuat Kita Bersinar

Ayo bangun dunia di dalam perbedaan,jika satu tetap buat kita bersinar. Harus percaya tak ada yang sempurna. Dan dunia kembali tertawa

Selasa, 26 Juni 2012

Dirjen PAUDNI: Tingkatkan Mutu PAUD untuk Cetak Generasi Emas

warta May 1, 2012 dibaca 3,174 kali
Dirjen PAUDNI: Tingkatkan Mutu PAUD untuk Cetak Generasi Emas
Untuk mencetak generasi emas Indonesia, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (PAUDNI) akan meningkatkan mutu pendidikan anak usia dini (PAUD).
Hal tersebut dinyatakan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (Dirjen PAUDNI) Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi Psi., saat ditemui sejumlah pewarta di ruang kerjanya, Selasa (1/5).
Untuk menggenjot program PAUD, Ditjen PAUDNI akan tetap memberikan bantuan rintisan, alat permainan edukasi, dan serangkaian program yang telah disiapkan. Hal tersebut bertujuan untuk mewujudkan generasi emas. Sehingga pada 2045, saat peringatan ulang tahunIndonesiayang ke-100, terciptalah generasi muda yang kamil dan paripurna.
Sebelumnya,  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh mengatakan, untuk menghasilkan generasi muda yang luar biasa, maka persiapannya harus dipupuk sejak usia dini. Hal tersebut senada dengan tema peringatan Hardiknas 2012 yakni Bangkitnya Generasi EmasIndonesia.
Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesiaitu menuturkan mengenai pentingnya PAUD. Usia dini merupakan masa keemasan (the golden age) seorang anak. Fase tersebut juga menjadi periode yang sangat penting dalam perkembangan fisik dan mental seorang manusia.
Tumbuh kembang anak pada usia dini akan sangat menentukan kualitas kecerdasan, kesehatan, dan kematangan emosional di masa mendatang. “Anak usia dini harus terpenuhi kecukupan gizinya,” ucap Prof. Reni, sapaan akrab Dirjen PAUDNI.
Menurut Prof. Reni, yang dimaksud dengan gizi bukan hanya asupan makanan bagi anak. Namun, juga pendidikan bagi mereka. Sejak usia dini, seorang anak perlu bermain sambil belajar. (Yohan/HK)

 Sumber:http://www.paudni.kemdikbud.go.id/dirjen-paudni-tingkatkan-mutu-paud-untuk-cetak-generasi-emas/

Selasa, 22 Mei 2012

Lima Pemain Terbaik Chelsea di Final Champions

Lima Pemain Terbaik Chelsea di Final Champions

TEMPO.CO, Muenchen - Akhirnya misi Chelsea mengejar gelar Liga Champions tercapai pada Ahad dinihari 20 Mei 2012 WIB. The Blues menaklukkan Bayern Muenchen lewat drama adu penalti untuk merenngkuh gelar perdananya di ajang terelit antar klub Eropa tersebut.

Semua pemain Chelsa pantas diberikan pujian atas keberhasilannya itu, namun pujian khusus pantas diberikan kepada mereka yang tampil sangat baik di partai final tadi. Berikut kelima orang terbaik Chlesa dinihari tadi:

1.Petr Cech
Cech menunjukan penampilan terbaiknya pada partai puncak Liga Champions. Pertama ia menyelamatkan tendangan keras Arjen Robben di paruh pertama sebelum akhirnya mengenai mistar gawang. Selanjutnya ia melakukan tiga penyelamatan. Salah satunya yakni ketika penjaga gawang Republik Cek itu mampu menyelamatkan tembakan penalti Robben.

Ketika babak adu penalti, Cech juga mampu membaca tiga penendang pertama Bayern, meski gagal mengahalaunya. Kiper berusia 29 tahun itu baru bisa melakukan penyelamatan dengan menepis sepakan eksekutor keempat Bayern, Ivica Olic.

2.Gary Cahill
Tak percuma Chelsea mengaget Cahill pada pertengahan musim. Bek tim nasional Inggris itu berhasil menutup absennya John Terry serta Branislav Ivanovic di jantung pertahanan The Blues. Cahill sukses mematikan pergerakan penyerang tajam Bayern, Mario Gomez. Di bawah penjagaan Cahill, penyerang timnas Jerman itu hanya melesakkan lima tembakan, dan kesemuanya tidak menemui sasaran.

3.Ashley Cole
Bek kiri Chelsea itu bermain apik dengan meminimalisir upaya Thomas Muller selama 50 menit pertama, sebelum akhirnya penyerang Jerman itu bertukar posisi dengan Arjen Robben. Mantan pemain Chelsea itu lebih membuat Cole bekerja keras, tapi Cole mampu beberapa kali menghalau upaya Robben menembak ke gawang.

4.Didier Drogba
Drogba membuktikan sebagai pemain yang menentukan di partai besar. Total sembilan gol berhasil dibuatnya dalam sembilan partai final kompetisi bersama Chelsea. Penyerang asal Pantai Gading itu membuat gol penyama kedudukan di penghujun babak kedua. Ia juga sukses memenuhi tugasnya sebagai eskekutor penalti terakhir Chelsea.

5.Roberto Di Matteo
Di Matteo memang tidak bermain, tapi dia pantas disebut sebagai orang dibalik kesuksean The Blues mengembalikan keadaan setelah mengalami musim yang pasang surut. Sejak menggantikan Andre Villas-Boas tiga bulan lalu, Di Matteo sukses mengemablikkan kepercayaan diri pemain Chelsea. Gelar Piala FA dan Liga Champions jadi bukti sahih kehebatan Di Matteo.

Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2012/05/20/099404952/Lima-Pemain-Terbaik-Chelsea-di-Final-Champions

Rabu, 09 Mei 2012

Del Bosque: Cedera Puyol Pukulan Telak bagi Spanyol

MADRID, KOMPAS.com — Pelatih Spanyol, Vicente Del Bosque, menyesalkan cedera bek Barcelona, Carles Puyol. Masa panjang pemulihan kondisi pemain berusia 34 tahun itu akan membuatnya absen membela "La Furia Roja" di Euro 2012, bulan depan.

Melalui pihak Barcelona, Puyol dikabarkan akan melakukan operasi lutut, Sabtu (12/5/2012). Ia akan menepi minimal enam pekan untuk merehabilitasi kondisi fisiknya. Dengan demikian, ia dipastikan absen membela sisa laga Barcelona, termasuk di final Copa Del Rey, Jumat (25/5/2012). Bahkan, ia bisa saja absen membela Spanyol di Euro 2012.

Pelatih Spanyol, Vicente Del Bosque, mengaku cedera Puyol tersebut merupakan pukulan telak bagi timnya. Ia menilai pengalaman dan ketangguhan Puyol di lini belakang masih sangat dibutuhkan oleh juara bertahan Piala Eropa 2008 tersebut.

"Cederanya Puyol adalah pukulan telak. Kami bukan hanya akan kehilangan permainannya di lapangan, melainkan juga kontribusinya dalam tim," ujar Del Bosque.

"Sangat menyedihkan tragedi ini terjadi jelang laga internasionalnya yang ke-100. Tetapi, saya berharap bisa tetap membawa Puyol ke Euro 2012, karena penampilannya yang hebat di musim ini," imbuh pelatih berusia 61 tahun ini.

Selain itu, Del Bosque juga mengomentari perihal cedera yang menghinggapi salah satu penggawa lainnya, David Villa. Ia berharap baik Puyol maupun Villa dapat segera pulih dari cedera sebelum turnamen Ukraina-Polandia itu berlangsung pada Juni mendatang.

"Kami khawatir, sangat sulit untuk memanggil pemain lain jika mereka (Puyol dan Villa) tidak dapat bermain bersama dalam satu pertandingan," katanya lagi.

Dalam Piala Eropa nanti, Spanyol berada di Grup C. Cesc Fabregas dan kawan-kawan pertama kali akan meladeni tim legendaris, Italia, pada 10 Juni. Berikutnya, mereka akan menghadapi Irlandia dan Kroasia.


Sumber : http://bola.kompas.com/read/2012/05/09/01121327/Del.Bosque.Cedera.Puyol.Pukulan.Telak.bagi.Spanyol

Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat

Selasa, 24 April 2012

Hetifah Sjaifudian Siswanda,
anggota DPR dari F-PG

Wakil Rakyat Bumi Etam
Ir Hetifah Sjaifudian Siswanda MPP PhD, adalah salah satu anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar yang vokal di Senayan. Di parlemen, mantan aktivis kampus ini siap ditempatkan di mana saja. Yang penting bagi dia, adalah memperjuangkan aspirasi masyarakat dan menyejahterakan rakyat.
Ir Siswanda Harso Sumarto MPM, dan ibu dari Amirah Kaca, Amanda Kistilensa, Asanilta Fahda, dan Nahla Tetrimulya ini, pernah ditugaskan di Komisi X yang membidangi pendidikan, kepemudaan, olahraga, kebudayaan, pariwisata, dan perpustakaan. Selama itu pula ia banyak menorehkan "jasa" terutama untuk daerah pemilihan (dapil)-nya, Bumi Etam: Kalimantan Timur.
Alumni Perencanaan Kota dan Wilayah Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, menuntaskan Master in Public Policy (MPP) dari National University of Singapore, dan meraih gelar PhD dari School of Politics and International Relations, Flinders University Adelaide, Australia.
Ia menulis disertasi berjudul "New Voices of the Community? Citizen Forums in Reformasi Era Indonesia," menelaah bagaimana cara warga dan kelompok-kelompok marjinal mempengaruhi kebijakan publik di daerah.
Jauh sebelum masuk legislatif, Hetifah adalah akademisi dan sehari-hari bergelut di berbagai organisasi masyarakat sipil. Ia adalah salah satu pendiri AKATIGA Pusat Analisis Sosial, Indonesian Partnership on Local Governance Initiative, (sekarang Perkumpulan Inisiatif), dan Bandung Trust Advisory Group (B_Trust) untuk Reformasi Kebijakan Publik dan Tata Pemerintahan.
Hetifah telah banyak menerbitkan artikel, laporan, dan karya ilmiah lainnya. Ia adalah penulis buku "Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance: 20 Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia," yang menjadi salah satu referensi penting dalam praktik tata kelola pemerintahan partisipatif.
Sebagai wakil rakyat, Hetifah aktif di Kongres Wanita Indonesia (Kowani) sebagai Ketua Bidang Pendidikan, Ilmu, dan Teknologi. Pengurus Kaukus Perempuan Parlemen Republik Indonesia (KPPRI) ini giat mendorong partisipasi perempuan dalam politik dan peningkatan kapasitas perempuan di berbagai wilayah/daerah di Indonesia. (Yudhiarma)
Pendidikan, Pemuda, Kesra,
hingga RUU Kaltara

Ir Hetifah Sjaifudian Siswanda MPP PhD adalah wakil rakyat asal daerah pemilihan (dapil) Kalimantan Timur (Kaltim) yang aktif memperjuangkan aspirasi rakyat. Beragam program untuk rakyat, gigih ia perjuangkan di parlemen. Seperti pendidikan, kepemudaan, kesejahteraan rakyat (kesra), sampai pemekaran wilayah, otonomi daerah berupa Rancangan Undang-Undang (RUU) Kalimantan Utara (Kaltara). Rencana pembentukan Provinsi Kaltara adalah pecahan dari Provinsi Kaltim yang sangat luas.
Seperti diamanatkan dan dikampanyekan Partai Golkar, anggota F-PG DPR ini sangat vokal mengupayakan Pendidikan Gratis 12 Tahun. Sesuai "perintah" konstitusi, pemerintah harus bertanggung jawab sepenuhnya menyelenggarakan pendidikan, termasuk memenuhi dan menjamin ketersediaan biaya yang dibutuhkan, bukan orang tua siswa, dan bukan pula masyarakat.
"Semenjak lahirnya amandemen konstitusi yang memerintahkan alokasi sekurang-kurangnya 20 persen APBN untuk anggaran pendidikan serta lahirnya UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20/2003, Indonesia menetapkan kebijakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, yaitu kebijakan yang mengharuskan setiap warga negara berpendidikan minimal tamat SMP," ujarnya seperti dikutip Hetifah.com.
Menurut Hetifah, dengan mempertimbangkan situasi global yang semakin sangat kompetitif pada semua bidang, Indonesia dinilai sudah saatnya mencanangkan perluasan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar (9 Tahun) menjadi Pendidikan Gratis 12 Tahun.
Seiring semakin besarnya anggaran pendidikan dari 20 persen APBN akibat meningkatnya total anggaran negara dari tahun ke tahun, selayaknya Pendidikan Gratis 12 Tahun dapat segera diwujudkan di seluruh wilayah Indonesia mulai tahun 2012. "Dengan sinergi anggaran pendidikan 20 persen dari APBN (untuk tahun 2012 mencapai Rp. 286,5 triliun) maupun APBD, maka cita-cita Wajar 12 Tahun yang bermutu akan mampu terealisasi.
"Wajib Belajar 12 Tahun merupakan gagasan progresif dalam rangka mendorong pemenuhan hak warga negara akan pendidikan. Sesungguhnya, dengan kemauan dan komitmen politik yang kuat dari berbagai pihak, gagasan tersebut dapat direalisasikan segera. Melihat kemampuan anggaran kita, pendidikan 12 tahun, sekali lagi, sangat mungkin diwujudkan mulai tahun depan," katanya.
Pemuda

Hetifah mengatakan, budaya kekerasan di kalangan generasi muda akibat kebijakan pemerintah yang tidak ramah dan berpihak kepada generasi muda. Ruang-ruang untuk berekspresi dan berpartisipasi untuk generasi muda tertutup.
Dalam proses perencanaan anggaran, tutur Hetifah, tampak bahwa keberpihakan dan perhatian negara terhadap generasi muda minim. "Sebagai policy maker, baik itu pemerintah dan DPR, kita harus berani mengoreksi kebijakan. Generasi muda harus diberikan tempat yang lebih penting," ujarnya.
Dia mengatakan, pemerintah harus dapat menjawab kerisauan di kalangan generasi muda. Menurut dia, generasi muda saat ini risau dengan masa depan yang mereka punya. Namun, kerisauan ini bukan satu-satunya faktor yang menumbuhkan nilai-nilai kekerasan di kalangan muda.
"Ini fenomena 'gunung es'. Nilai kekerasan bukan semata karena kemiskinan. Orang muda tidak terlalu peduli apa yang akan kita makan. Yang mereka inginkan adalah eksistensi, kesempatan berpartisipasi, dan menunjukkan bahwa mereka juga bisa berperan," tuturnya.
Oleh karena itu, Hetifah mengatakan, pihak-pihak pembuat kebijakan harus berani mengoreksi tentang bagaimana negara ini memperlakukan generasi muda. Hetifah menyarankan, revitalisasi organisasi masyarakat dan gerakan kepemudaan harus dilakukan.
Menurut dia, keberadaan organisasi kepemudaan dapat menjadi kekuatan penyeimbang di tengah derasnya nilai-nilai kekerasan menerjang generasi muda saat ini. Pemuda, kata dia, menyimpan hasrat atau jiwa radikalisme.
Negara, ucap dia, harus memberikan ruang untuk berekspresi dan berpartisipasi seluas-luasnya bagi generasi muda. Generasi muda, lanjut Hetifah, juga harus diberikan atau mendapat kesempatan menunjukkan eksistensinya.
Saat ini, Hetifah mengatakan, pilihan-pilihan yang diberikan negara kepada generasi muda sedikit. Organisasi kemasyarakatan atau kepemudaan menjadi salah satu pilihan untuk mengatasi ketertutupan ruang berekspresi dan berpartisipasi bagi generasi muda.
Dia mengatakan, pendidikan sebagai saluran transformasi peradaban saat ini kering dengan nilai-nilai pluralisme. Pendidikan saat ini cenderung indoktrinatif, diskriminatif, dan intimidatif yang kering dengan nilai-nilai pluralisme.
Selain itu, pendidikan saat ini tidak memberikan kesempatan para siswanya mengenal keberagaman. Ia mencontohkan, saat ini banyak bermunculan lembaga pendidikan yang hanya menerima peserta didik dari satu agama atau kepercayaan. Tanpa sadar hal itu telah menutup kesempatan orang sedari awal untuk diperkenalkan kepada sesuatu yang plural.
"Orang tidak dibiasakan untuk bercampur di antara orang-orang (masyarakat-Red), terbiasa homogen di dalam kelompok sosialnya sendiri," ujarnya. Fenomena seperti ini mencemaskan, karena tidak ada kesempatan untuk mempelajari karakter sosial yang beragam.
Tidak hanya itu saja, kata dia, konten pendidikan saat ini, disadari atau tidak, mengandung aspek kekerasan dan permusuhan. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus diajarkan mulai dari pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi.
Presiden harus turun tangan untuk mengatasi fenomena yang mencemaskan ini. Presiden harus memerintahkan seluruh kementerian mengoreksi kebijakan, sehingga kebijakan yang diambil pada masa mendatang lebih menjawab persoalan.
Selama ini, pemerintah lemah memandang persoalan radikalisme atau sikap kekerasan yang tumbuh di kalangan muda. "Seolah-olah ini dianggap sebagai kasuistik," ujarnya. Seharusnya, ucap dia, kasus-kasus yang muncul dapat dijadikan bahan menelaah lebih jauh kebijakan yang diambil pemerintah selama ini terhadap generasi muda.
Sementara itu, DPR menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) Pembentukan Daerah Otonomi Baru yang sebelumnya pernah diusulkan Komisi II DPR. Ada 19 Daerah yang siap dimekarkan. Salah satunya adalah Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara).
Terlepas adanya moratorium penghentian sementara pemekaran, Hetifah menilai pemekaran daerah perlu dilakukan untuk mempercepat pembangunan daerah. "Pemerintah pusat memang punya banyak program daerah, tapi realisasinya banyak yang tidak jalan," ujarnya. (Yudhiarma)
Ida Fauziah, Anggota DPR dari
Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

Membuka Peluang Wanita di Politik

Saat ini, aturan tentang keterwakilan 30 persen perempuan dalam penyusunan calon legislatif (caleg) sebenarnya sudah baik. Namun, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kaum perempuan untuk meningkatkan kualitas diri.
Menurut dia, aturan kuota 30 persen yang diberlakukan bagi caleg perempuan sudah diterapkan sejak Pemilu 2004. Hasilnya, dari 550 anggota DPR saat ini tercatat sebanyak 62 orang di antaranya adalah perempuan atau sekitar 11,3 persen. Jumlah ini mengalami peningkatan pada pemilu 2009 di mana terdapat sebanyak 101 anggota DPR perempuan atau 18,04 persen.
"Jadi aturan keterwakilan ini cukup strategis karena pada Pemilu 1999 sebelum ada ketentuan 30 persen, jumlah anggota DPR perempuan hanya 45 orang dari 500 anggota DPR, atau hanya sekitar 9 persen saja," katanya.
Meskipun demikian, dia mengaku cukup optimistis keterwakilan perempuan di DPR akan terus mengalami kenaikan pada Pemilu 2014. Yang terpenting, ujar dia, aturan tersebut juga diimbangi dengan pengawasan dan perjuangan dalam proses politik.
"Yang dapat dilakukan adalah tetap mendorong dan mempertahankan penerapan kebijakan afirmatif dengan kuota 30 persen keterwakilan perempuan," katanya. Yakni, tetap mempertahankan dan melanjutkan kebijakan afirmatif ini dengan tetap memuat kebijakan tersebut dalam revisi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Legislatif maupun paket Undang-Undang politik. (Tri H)
Tetty Kadi Bawono, Anggota Fraksi Partai Golkar
Perlu Kesetaraan Gender

Undang-undang No 15 Tentang Pemilihan Umum (Pemilu) makin memberikan peluang yang lebih terbuka kepada kaum hawa untuk berkiprah di dunia politik. Karena dalam undang-undang baru hasil revisi ini, kuota 30 persen bagi perempuan mendekati wajib. Bahkan, undang-undang ini juga mengatur, dalam setiap tiga caleg laki-laki harus ada caleg perempuannya.
Sayangnya, peluang emas ini tidak sekonyong-konyong disambut dengan tangan terbuka oleh para perempuan. Karena ternyata masih banyak perempuan yang belum berminat menjadi politisi apalagi menjadi anggota DPR. Di sisi lain, pemberian peluang kepada perempuan ini masih tergantung kepada karakter partai yang bersangkutan.
Bagi Partai Golkar yang memiliki organisai perempuan dengan jumlah anggota cukup besar, yakni KPPG (Kesatuan Perempuan Partai Golkar)), masalah kuota 30 persen perempuan di parpol dan parlemen, sudah menjadi barang wajib. Karena itu, perempuan-perempuan Partai Golkar menyambut baik undang-undang ini.
Tetty Kadi Bawono adalah salah seorang politikus Partai Golkar ini dikenal dan gigih memperjuangkan kuota 30 persen. Tetty juga dikenal sebagai perempuan yang penuh semangat dalam memperjuangkan kesetaraan gender.
Ia kerap berbagi solusi masalah emansipasi wanita yang masih menjadi persoalan krusial di Indonesia. Penyanyi pop yang populer pada 1970-an ini turut memperjuangkan undang-undang yang menyamakan hak dan kewajiban wanita dengan pria. Legislasi itu dia upayakan karena berbagai kasus penistaan terhadap wanita kerap terjadi, baik di dalam maupun di luar rumah tangga.
Karena itu, anggota Komisi IX DPR yang juga Sekretaris Umum Kaukus Perempuan Parlemen ini tak kenal lelah mendorong pengesahan UU Berkeadilan dan Kesetaraan Gender. "Kami sedang memperjuangkan dan mendorong agar UU Berkeadilan dan Kesetaraan Gender dapat segera disahkan," ujar pejuang kesetaraan perempuan ini.
Sebagai politikus perempuan, Tetty memiliki kepedulian tinggi terhadap berbagai persoalan perempuan. Sebab, kata pelantun lagu hits di tahun 1970-an, Sepanjang Jalan Kenangan dan Teringat Selalu ini, perempuan sering menjadi korban berbagai persoalan kehidupan.
"Coba Anda lihat, dampak dari persoalan pengangguran, korbannya perempuan; dampak dari masalah kemiskinan, korbannya juga perempuan. Begitu pun dengan persoalan ekonomi dan sosial lain. Perempuan selalu jadi korban, ujar wanita kelahiran Jakarta, 3 April 1952, ini.
UU Kesetaraan Gender ini nanti, menurut mantan anggota DPRD Jabar ini, membuat hak-hak perempuan bisa lebih diperjuangkan. Diberlakukannya affirmative action, sejalan dengan pengesahan UU tersebut, akan membuat peluang perempuan duduk di parlemen lebih terbuka.
"Sayangnya, belum akan diikuti kebijakan di instansi pemerintah. Masih sedikit perempuan yang memegang jabatan penting dan strategis di pemerintahan. Itulah yang akan kita perjuangkan melalui UU Kesetaraan Gender," ujar Tetty.
Dengan adanya undang-undang yang baru ini, diharapkan perempuan tidak hanya akan mengisi kuota 30 persen di parlemen, tapi juga di instansi pemerintah. Namun sayangnya, lagi-lagi masalahnya disamping soal kebijakan partai bersangkutan, juga masalah tradisi dan budaya. (Kartoyo DS)
Melani Leimena Suhardi, Wakil Ketua MPR
Harus Ada Wanita Pimpin DPR

Peluang dan peran wanita era sekarang sudah sangat maju. Beberapa posisi penting baik di lembaga pemerintahan dan swasta banyak dipuncaki perempuan.
"Lembaga pemerintah mulai dari kabinet, MPR dan DPD sudah melibatkan wanita di pucuk pimpinan. Begitu juga di BUMN dan perbankan nasional, perempuan sudah berperan dan berkiprah. Dan peran mereka sangat menonjol. Ke depan saya berharap salah satu pimpinan di DPR juga dipegang wanita," kata Melani.
Menurutnya, saat ini wanita sudah banyak yang sukses dalam berkiprah di dunia politik dan memiliki pengaruh yang signifikan.
"Hal yang cukup mengembirakan juga dari 50 persen wanita berpengaruh di Asia empat di antaranya dari Indonesia," tambah politisi Demokrat ini.
Melani juga menekankan, peran wanita sekarang tidak ada lagi dikotomi ibu rumah tangga dengan wanita karier. Menurut Melani wanita karier dan ibu rumah tangga adalah pilihan.
"Teknologi informasi yang berkembang pesat memungkinkan ibu rumah tangga juga dapat berkiprah banyak. Dia bisa menulis dan juga berwiraswasta lewat media online. Banyak ibu rumah tangga yang berhasil dengan memanfaatkan teknologi informasi ini," ujar Melani. Baik ibu rumah tangga maupun wanita karier, pesan Melani harus sama-sama mengedepankan pendidikan. Baik pendidikan untuk dirinya sendiri maupun pendidikan untuk anak-anaknya.
"Pendidikan itu sangat penting. Negara yang tidak punya sumber daya alam saja tetapi sumber daya manusianya unggul mereka bisa eksis dan maju. Sementara Indonesia yang kayak dengan sumber daya alam melimpah lama-lama akan habis juga. Karena itu sumber daya manusianya harus unggul," katanya. (Rully) 
 
 
Sumber : http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=301807

Korupsi di Kampus,Jadikan Introspeksi

JAKARTA–Pernyataan Ketua DPR, Marzuki Ali yang menuding korupsi kerap dilakukan civitas kampus dan alumni, telah membuat sebagai akademisi gelisah. Lontaran pendapat tersebut dianggap terlalu mengeneralisir persoalan, apalagi menyebutkan kampus tertentu.

Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, A Bakir Ihsan mengatakan, pendapat tersebut tak perlu disikapi secara negatif. Pendapat itu didasari oleh berbagai fakta-fakta yang ada. Tak bisa diingkari tindak korupsi itu terjadi di kalangan akademisi.

”Tak perlu diingkari. Lebih baik mari kita bangkit bersama, menata kampus bebas korupsi,” ujar A Bakir Ihsan dalam surat elektroniknya yang diterima INDOPOS (Grup JPNN), Jakarta, Selasa (8/5).

Memang sangat memprihatinkan, lanjut dia, perguruan tinggi yang menjadi basis moral juga terseret dalam arus korupsi. Tak lagi mampu menahan dari tindakan tak terpuji tersebut. Menurutnya pelaku korupsi memang menyeret siapa saja. Tak melihat status dan pendidikan. Korupsi menyerupai serangan yang sangat eksesif, terjadi pada semua kalangan.

”Saya percaya banyak dosen yang masih dapat menjaga diri, tapi tak sedikit pula yang terseret arus tersebut,” paparnya. Tak diingkari pun, tambah dia banyak kampus yang telah membekali lingkungannya dnegan pendidikan anti korupsi. Bahkan diperkuat dengan kegiatan keagamaan sebagai nilai-nilai moral.

Tetapi nyatanya, ucap dosen FISIP UIN ini, pendidikan yang diajarkan tak begitu memberi pengaruh. Tindak korupsi terus terjadi. Pelakunya pun dari kalangan orang terdidik. ”Tak boleh menyalahkan sistem. Karena korupsi yang terjadi sudah begitu luas, menyerang banyak lembaga, termasuk kampus,” ungkapnya.

Dia berharap kampus bisa menjadi sumber gerakan anti korupsi. Perguruan tinggi pelru kembali mengembangkan tri dharma perguruan tinggi. Karena itu menjadi symbol peran perguruan tinggi dala kehidupan.

Meningkatnya tindak korupsi, tak terlepas dari lemahnya pendidikan di perguruan tinggi. Perlu kesadaran berasma tentang kenyataan tersebut. Perguruan tinggi harus berbenah menjawab perubahan dan tantangan. ”Seharusnya perguruan tinggi menjadi epicentrum perlawanan korupsi. Bukan sebaliknya menjadi penyumbang koruptor,” papar dia.

Selain itu, A Bakir Ihsan meminta dua institusi pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan secaar langsung, yakni Kemendikbud dan Kemenag dapat lebih mengontrol lembaga pendidikan. Memberikan sanksi bagi kampus yang di dalamnya ada tindak korupsi.

Pernyataan serupa disampaikan Menteri Pendidikan M. Nuh. Dikatakan, di beberapa kasus, orang menjadi pintar melanggar aturan setelah lulus kuliah. Ada banyak hal yang membuat seseorang menjadi suka melanggar aturan.

"Oleh karena itu, ayo sama-sama kita benahi. Itu kan nakalnya setelah lulus. Terus dia ikut opo, ikut opo, semua tidak menjamin sehingga yang harus kita lakukan pembenahan sistemnya secara keseluruhan," ujar M Nuh saat memimpin rapat pembahasan RUU Perguruan Tinggi (PT) di kantornya, Selasa (8/5).

Menurutnya, penggeneralisasian alumni kampus mana yang paling korup tidaklah tepat. Dia mencontohkan, jika ingin mencari orang nakal di Indonesia, maka sebagian besar merupakan orang Jawa. Hal itu jarena populasinya paling banyak. "Dari teori statistik kan begitu. Oleh karena itu, kita tidak bisa mengambil generalisasi seperti itu," sambung Nuh.

Namun, lanjutnya, jika ada perguruan tinggi yang nakal maka seharusnya introspeksi. "Bisa jadi PT-nya sudah mempersiapkan dengan baik, tapi setelah keluar dari PT kan nggak bisa lagi kita kendalikan. Organisasi kepemudaan juga begitu. Organisasi politik juga begitu, dan seterusnya," paparnya.  (rko/dms)

Sumber : http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=126832#

Linda Gumelar: Perempuan Benteng Utama Keluarga

JAKARTA, Jaringnews.com - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Agum Gumelar membuka secara resmi penyelenggaraan Kowani Fair, Acwo Fair 2012 & Iwapi Expo.

Pameran yang digelar oleh Kongres Wanita Indonesia (Kowani) ini  akan berlangsung hingga 13 Mei 2012 menampilkan produk kerajinan Indonesia. Tema yang diusung adalah "Membangun Kemandirian Ekonomi Perempuan Asean."

Linda Agum Gumelar mengatakan jumlah perempuan di Indonesia mencapai 49,7% dari jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 230 juta jiwa. Apalagi jika digabungkan dengan jumlah perempuan yang ada di Asean maka jumlahnya akan bertambah besar.

Karena itu perempuan Indonesia harus lebih aktif khsususnya bagaimana ikut membangun kemandirian ekonomi.

"Perempuan meruapakan benteng utama ekonomi keluarga, karena itu ia bekerja dari rumah dan memulai dari usaha mikro," kata Linda saat membuka Kowani Fair, Acwo Fair 2012 & Iwapi Expo di Gedung Smesco, hari ini.

Karena itu memberikan kesempatan kerja kepada perempuan menjadi sangat penting, tidak hanya sektor formal tetapi juga sektor informal. Dan, salah satu jawabannya dengan penyelenggaran acara seperti ini.

"Ini saya sebut Mall of Kowani," kata Linda.

Linda Gumelear juga menyatakan bahwa selama ini sudah banyak kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan kesetaraan dengan laki-laki. Namun upaya tersebut tidak bisa hanya dilakukan pemerintah tetapi harus didukung oleh semua pihak.

"Saya memberikan aspresiasi kepada Kowani karena memberdayakan anggotanya dengan acara seperti ini," kata Linda.

 Sumber : http://jaringnews.com/ekonomi/ukm/14911/linda-gumelar-perempuan-benteng-utama-keluarga

Tiga Persoalan dalam Pendidikan Keaksaraan

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerhati pendidikan Arief Rachman menekankan, pengentasan buta aksara jangan hanya berfokus pada hal-hal yang bersifat kuantitatif. Hal yang lebih penting, menurutnya, hal-hal yang sifatnya kualitatif.
"Evaluasi kualitatif itu umpamanya sikap seseorang. Itu kan harus dievaluasi. Sikap daerah terhadap membaca itu baik atau tidak. Itu yang selama ini tidak dihitung. Yang dihitung itu kuantitatif saja, berapa orang yang sudah bisa baca, dan sebagainya," kata Arief, Jumat (21/10/2011).
Saat ini, menurut data pemerintah, terdapat 8,3 juta atau 4,6 persen dari total jumlah penduduk masih belum menguasai baca dan tulis. Sebagian dari jumlah tersebut adalah mereka yang berada di usia lanjut, atau di atas 40 tahun.
Menurut Arief, ada tiga persoalan penting dalam pendidikan keaksaraan. Tiga persoalan itu adalah sikap, kebiasaan, dan dorongan-dorongan seseorang yang membuatnya merasa tetap bisa mendapatkan uang tanpa perlu bisa membaca. Arief mengatakan, filosofi kehidupan yang luhur bertabrakan dengan hal-hal yang sifatnya lebih kepada materi.
"Nilai-nilai ini dikalahkan karena orang menganggap kemampuan membaca tidak penting. Mereka berpikir, lebih baik tidak bisa membaca tetapi punya uang. Mereka tidak tahu bahwa dengan membaca maka kita bisa memegang nilai-nilai luhur dari bangsa dan kehidupan ini," paparnya.
"Awal dari peradaban adalah keaksaraan itu sendiri yang berjalan dari masyarakat yang belajar. Kemampuan baca tulis dan berhitung itu sifatnya berkelanjutan, sedangkan uang atau materi tidak," lanjut Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk Unesco ini.

Sumber : http://regional.kompas.com/read/2011/10/21/15520088/Tiga.Persoalan.dalam.Pendidikan.Keaksaraan.